Pengumuman

Senin, 05 Desember 2011

Trik Membuat Anak Cinta Baca

KOMPAS.com — Menumbuhkan atau mengajak anak untuk gemar membaca memang harus dilakukan sejak dini. Namun, upaya ini terkadang tak mudah. Ibaratnya seperti meminta anak untuk minum obat saat mereka sakit atau mencekokinya dengan jamu pahit.
Penulis buku anak-anak, ilustrator, guru, dan pendiri National Children's Book and Literacy Alliance, Mary Brigid Barred, berbagi sejumlah tips yang mungkin bisa diterapkan terhadap anak Anda. Silakan disimak!
1. Buatlah anak Anda merasakan dengan indra mereka apa yang diceritakan pada buku yang dibaca. 

Ajaklah mereka merasakan apa yang diceritakan di buku itu dengan indra mereka sehingga mereka merasa memiliki bagian atau menjadi salah satu tokoh di buku tersebut.
"Sangat mengagumkan ketika sebuah buku menjadi hidup dan dirasakan oleh indra anak-anak. Saya sukamembacakan buku karya Robert McCloskey kepada anak-anak TK, dan pertama-tama saya selalu membagikan lemon untuk mereka. Cerita buku ini tentang seorang anak lelaki yang tinggal di sebuah kota kecil di Ohio dan menjadi penyelamat karena harmonikanya. Ada sebuah bagian di mana band kota tersebut siap untuk manggung di acara perayaan, tetapi tiba-tiba mereka diserang oleh si jahat Old Sneep sambil mengisap lemon. Band tersebut mengerut karena takut sehingga tak bisa memainkan alat musik mereka. Pada bagian itu, saya selalu berseru kepada anak-anak, 'Isap lemon kalian sekarang!' Mereka dengan bersemangat mengisap lemon mereka dan merasakan menjadi Old Sneep," kisah Mary.
2. Ajak anak berpikir kritis dengan cara menyenangkan.
Anda tentu ingin anak Anda dapat berpikir kritis. Salah satu guna pendidikan adalah mengasah anak dapat berpikir secara kritis. Dan, tidak pernah ada kata terlalu dini untuk mengajak anak berpikir kritis. Begitu pula lewat membaca.
Kita ambil contoh cerita tentang laba-laba sang penyelamat.
Mary mengisahkan, ketika ia bertanya kepada anak-anak umur empat tahun siapakah pahlawan dari cerita tersebut, mereka selalu menjawab dengan semangat, "Laba-laba!" Lalu, Anda dapat melanjutkan dengan, "Laba-laba itu punya kesulitan ketika menjadi penyelamat, kira-kira apa, ya, kesulitannya?"
Kepada anak-anak umur enam tahun, Anda bahkan bisa mengenalkan konflik. Tanyalah kepada mereka, "Apa, ya, yang bakal terjadi jika tidak ada hujan, lalu laba-laba tersebut bisa memanjat dan keluar dari saluran pembuangan tersebut?"
Jika dalam satu cerita tidak ada konflik atau masalah yang harus diselesaikan, tentu cerita itu akan membosankan, bukan? Anda bisa menjelaskan kepada anak Anda siapa tokoh protagonis, tokoh antagonis, konflik, dan resolusi dari cerita tersebut.
Dengan begitu, Anda sudah menunjukkan elemen-elemen sebuah cerita pada anak Anda. Seru, bukan? Jika Anda sudah bosan membacakan cerita ini untuk yang kelima kalinya atau bahkan lebih untuk anak Anda, hal-hal seperti ini akan mengeluarkan Anda dari kebosanan karena Anda tidak menceritakan hal yang itu-itu saja!

3. Tulis buku Anda sendiri.
Untuk anak-anak yang baru mulai membaca, siapkanlah notebook atau scrapbook dengan halaman kosong dan isi buku tersebut dengan kata-kata mereka. Anda bisa mulai dengan keluarga Anda. Siapkan foto ayah dan ibu. Bahkan, Anda bisa meminta si sulung untuk menggambarinya. Siapkan foto kakek, nenek, atau anggota keluarga lain. Anda bisa memcentak cerita tersebut dengan huruf-huruf besar dan tebal.
Dengan cara ini, orangtua juga bisa berkreasi sesuai hal yang disenangi anak. Misalnya anak Anda suka sekali dengan pemadam kebakaran, isi buku kosong tersebut dengan gambar-gambar yang berhubungan dengan pemadam kebakaran.
Mary mengungkapkan, ia mengenal satu keluarga yang anaknya terobsesi sekali dengan penyedot debu. "Ketika bertemu dengan saya, anak itu bertanya apakah saya punya tabung tegak atau tidak. Ini merupakan pengantar yang hebat untuk menulis. Ketika nanti anak Anda bertambah besar, bahkan mereka bisa 'kecanduan' untuk menulis cerita mereka sendiri," paparnya.
Selamat mengaplikasikan!

Senin, 24 Oktober 2011

Psikologi Anak

Tahukah Anda bahwa 95% kenakalan remaja yang terjadi disebabkan kesalahan orangtua mendidik pada usia dini?

Dan tahukah Anda, apa yang diajarkan orangtua kepada kita, belum tentu cocok untuk anak-anak kita?

Jika Anda adalah orang tua yang peduli, jangan biarkan ini menimpa keluarga Anda, karena hari ini
Anda punya kesempatan untuk mencegahnya!


Baca info selengkapnya, klik di sini 

Rabu, 13 Juli 2011

Mengapa Pendidikan Anak Usia Dini Penting?

KOMPAS.com - Pendidikan anak usia dini (PAUD) yang baik dan tepat dibutuhkan anak untuk menghadapi masa depan, begitulah pesan yang disampaikan Profesor Sandralyn Byrnes, Australia's & International Teacher of the Year saat seminar kecil di acara Giggle Playgroup Day 2011, gelaran Miniapolis & Giggle Management, Jumat, 11 Februari 2011 lalu.
Menurut Byrnes, PAUD akan memberikan persiapan anak menghadapi masa-masa ke depannya, yang paling dekat adalah menghadapi masa sekolah. "Saat ini, beberapa taman kanak-kanak sudah meminta anak murid yang mau mendaftar di sana sudah bisa membaca dan berhitung. Di masa TK pun sudah mulai diajarkan kemampuan bersosialisasi dan problem solving. Karena kemampuan-kemampuan itu sudah bisa dibentuk sejak usia dini," jelas Byrnes.
Di lembaga pendidikan anak usia dini, anak-anak sudah diajarkan dasar-dasar cara belajar. "Tentunya di usia dini, mereka akan belajar pondasi-pondasinya. Mereka diajarkan dengan cara yang mereka ketahui, yakni lewat bermain. Tetapi bukan sekadar bermain, tetapi bermain yang diarahkan. Lewat bermain yang diarahkan, mereka bisa belajar banyak; cara bersosialisasi, problem solving, negosiasi, manajemen waktu, resolusi konflik, berada dalam grup besar/kecil, kewajiban sosial, serta 1-3 bahasa."
Karena lewat bermain, anak tidak merasa dipaksa untuk belajar. Saat bermain, otak anak berada dalam keadaan yang tenang. Saat tenang itu, pendidikan pun bisa masuk dan tertanam. "Tentunya cara bermain pun tidak bisa asal, harus yang diarahkan dan ini butuh tenaga yang memiliki kemampuan dan cara mengajarkan yang tepat. Kelas harusnya berisi kesenangan, antusiasme, dan rasa penasaran. Bukan menjadi ajang tarik-ulur kekuatan antara murid-guru. Seharusnya terbangun sikap anak yang semangat untuk belajar," jelas Byrnes.

Contoh, bermain peran sebagai pemadam kebakaran, anak tidak akan mendapat apa-apa jika ia hanya disuruh mengenakan busana dan berlarian membawa selang. Tetapi, guru yang mengerti harus bisa mengajak anak menggunakan otaknya saat si anak berperan sebagai pemadam kebakaran, "Apa yang digunakan oleh pemadam kebakaran, Nak? Bagaimana suara truk pemadam kebakaran yang benar? Apa yang dilakukan pemadam kebakaran? Pertanyaan-pertanyaan semacam itu akan ditanyakan untuk memancing daya pikir si anak," contoh Byrnes.Selama 7 tahun meneliti pendidikan anak usia dini di Indonesia, Byrnes juga menemukan sebagian orangtua memiliki konsep bahwa anak-anak di usia itu sudah bisa berpikir. "Anak-anak usia dini belum bisa berpikir dengan sempurna seperti orang dewasa. Anak-anak usia tersebut harus dipandu cara berpikir secara besar, cara mencerna, dan berdaya nalar. Sayangnya, beberapa lembaga pendidikan anak usia dini di Indonesia belum mengajarkan mengenai multiple intelligences. Ini kembali ke perkembangan latar belakang ahli didiknya," ungkap Byrnes.
Apa perbedaan anak-anak yang belajar di lembaga pendidikan usia dini berkualitas dengan anak-anak yang tidak belajar? "Di lembaga pendidikan anak usia dini yang bagus, anak-anak akan belajar menjadi pribadi yang mandiri, kuat bersosialisasi, percaya diri, punya rasa ingin tahu yang besar, bisa mengambil ide, mengembangkan ide, pergi ke sekolah lain dan siap belajar, cepat beradaptasi, dan semangat untuk belajar. Sementara, anak yang tidak mendapat pendidikan cukup di usia dini, akan lamban menerima sesuatu," terang Byrnes yang pernah mendapat gelar Woman of the Year dari Vitasoy di Australia. "Anak yang tidak mendapat pendidikan usia dini yang tepat, akan seperti mobil yang tidak bensinnya tiris. Anak-anak yang berpendidikan usia dini tepat memiliki bensin penuh, mesinnya akan langsung jalan begitu ia ada di tempat baru. Sementara anak yang tidak berpendidikan usia dini akan kesulitan memulai mesinnya, jadi lamban. Menurut saya, pendidikan anak sudah bisa dimulai sejak ia 18 bulan," tutup Byrnes.

Sumber :  http://female.kompas.com/read/2011/02/13/05354263/Mengapa.Pendidikan.Anak.Usia.Dini.Penting.

Kamis, 26 Mei 2011

Ingin menjadi guru yang akhlakul karimah dan cerdas?

Hati merintih pedih ketika membaca sebuah koran terbitan lokal, bagaimana seorang siswi tingkat menengah pertama melakukan tindakan yang tidak sewajarnya dilakukan dan ditiru.......kembali hati mempertanyakan apa dan siapa yang patut dipersalahkan jika hal ini terjadi....orang tua, sekolah, atau lingkungan?

Kita semua menyadari bahwa pada dasarnya penanaman kaidah-kaidah terhadap anak adalah peran sebuah keluarga tetapi pada masa globalisasi ini peran keluarga itupun bergeser secara perlahan tapi pasti...dimana peran penanaman moral terhadap anak mulai dialih tugaskan pada tenaga pendidik, bahkan di kota-kota besar sudah ada di buka sekolah untuk anak-anak berusia 6 bulan, dimana fungsi sekolah disesuaikan dengan kebutuhan si anak tersebut.
Untuk mewujudkan apa yang menjadi tujuan akhir sebuah pendidikan dibutuhkan tenaga pendidik yang memiliki kemampuan yang tidak hanya pandai terhadap materi yang diajarkan tetapi harus memiliki kemampuan mensinergikan kecerdasan, akhlak sesuai tuntunan syariah Islam dan attitude agar apa yang diharapkan dari peran dunia pendidikan betul-betul nyata.

STKIP Al Azhar Diniyyah Jambi  berupaya untuk mewujudkan harapan atas keberhasilan dunia pendidikan dengan target mencetak tenaga-tenaga pendidik yang mampu menjawab kebutuhan orang tua dan masyarakat terhadap hasil pendidikan.  Dengan melalui  program pendidikan guru PAUD dan Pendidikan guru Bahasa Inggris yang ada di STKIP Al Azhar Diniyyah Jambi diharapkan kegelisahan terhadap "peristiwa-peristiwa" yang dilansir majalah, surat kabar, dan media elektronik bisa diminimalisirkan bahkan dihilangkan sama sekali.

Keunggulan yang ditawarkan adalah dengan memberikan beberapa mata kuliah yang mampu menunjang tujuan STKIP dalam mencetak tenaga-tenaga pendidik yang berakhlakul karimah dan cerdas...tidak hanya cerdas berpikir...tetapi juga cerdas hati, cerdas dalam bersikap, cerdas dalam bertutur kata, serta cerdas dalam bertindak.
Please come and join with STKIP AD Jambi

salam
Niniek

Rabu, 25 Mei 2011

Profil

Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Al-Azhar Diniyyah (STKIP-AD) Jambi didirikan pada tahun 2009 oleh Yayasan Pondok Pesantren Diniyyah Muaro Bungo dan mendapat izin dari Menteri Pendidikan Nasional RI berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI nomor 31/D/O/2009.


STKIP Al-Azhar Diniyyah Jambi memliki dua Program Studi (PS) yaitu PS Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PG-PAUD) dan Pendidikan Bahasa Inggris. Namun sampai saat ini, yang "laku" baru PS PG-PAUD karena sampai saat tulisan ini dibuat, STKIP Al-Azhar Diniyyah Jambi belum ada yang mendaftar di PS Pendidikan Bahasa Inggris.
Saat ini, STKIP Al-Azhar Diniyyah Jambi dipimpin oleh Bapak H. Maksum Malim, Lc., M.Pd.I sebagai Ketua.

Bagi semua lulusan SMA dan sederajat dipersilahkan mendaftarkan diri untuk menjadi calon mahasiswa baru tahun akademik 2011-2012 di STKIP Al-Azhar Diniyyah Jambi, bisa ambil PS PG-PAUD atau Pendidikan Bahasa Inggris.